Ini bukan cerita pernikahan putra seseorang yang mumpung menjadi presiden di negeri tetangga. Cerita ini tidak akan dibalut dengan gempita pernak-pernik sehingga tidak akan membuat wong cilik merasa iri dengan kemewahan. Seorang blogger, Javad Matin, menuliskan pengalamannya di pernikahan putra Mahmoud Ahmadinejad.
Rabu malam, telepon saya berdering. Saya diundang ke upacara pernikahan sahabat baik saya, Alireza, yang akan berlangsung malam berikutnya.
Saya tahu setiap kali Idul Ghadir tiba, keluarga itu akan pergi ke beyt [istilah yang sering digunakan untuk merujuk kantor pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei] dan dia akan dinikahkan dengan keponakan syahid Kaveh [seorang tentara Iran, Garda Revolusi. Anggota Basij yang tewas dalam perang Irak biasa disebut syahid].
Kamis malam pukul sembilan. Saya menuju ke pusat kebudayaan di kantor kepresidenan. Dari luar, semua tampak biasa saja sampai saya mengira datang ke tempat yang salah. Sepertinya pernikahan putra seorang presiden tidak diadakan di sana.
Saat memasuki taman, saya sadar harus segera mematikan telepon. Sekelompok orang berbaris untuk memulai salat jemaah. Saya memasuki aula. Sejumlah meja terlihat kosong karena tamu yang duduk pergi untuk melaksanakan salat. Buah-buahan dan kue, sebotol air mineral, beberapa piring dan pisau telah ditata di meja untuk para tamu.
Saya menanyakan keberadaaan doktor. [“Doktor” adalah sebutan pendukung Ahmadinejad kepadanya karena dia memang doktor di bidang teknik sipil dan manajemen lalu lintas transportasi]. Saya diberi tahu bahwa dia sedang salat di halaman belakang.
Karena kurangnya ruangan, beberapa tamu pergi menuju halaman belakang. Saya salat bersama [ajudan senior kepresidenan] Mojtaba Samareh Hashemi. Kemudian saya kembali ke aula.
Doktor sedang duduk di meja pertama di sebelah ayah pengantin wanita. Setelah bersalaman hangat dengannya dan beberapa pejabat lain, saya duduk di salah satu meja.
Pengantin pria memasuki aula. Dia mengucapkan salam ke setiap tamu dan duduk di samping doktor dan [ayah mempelai wanita] Haji Agha Akbari.
Ketua perkumpulan, Tuan Kheirkhah, mengatakan betapa doktor begitu perhatian tentang segala detail resepsi. Dia mengatakan bahwa doktor hanya memasan satu jenis makanan dan membayar 3,5 juta toman [sekitar 3.500 dolar] untuk biaya resepsi.
Dia mengatakan bahwa jumlah tamu pria sebanyak 180 orang. Saya hanya melihat sedikit pejabat negara. Saya pernah ke pernikahan pejabat publik sebelumnya dan di sana tidak hanya ada pengeluaran mewah tapi juga banyak menteri dan pejabat negara yang hadir.
Sebuah kartun satir berjudul “Cobaan Penduduk Ahmadinejad” mengecam kebijakan “subsidi” presiden Iran yang bertujuan mendorong peningkatan tingkat kelahiran negara itu.
Tapi apa yang saya lihat benar-benar kesederhanaan, pernikahan sederhana. Ini adalah resepsi rakyat, karena ayah pengantin pria adalah orang terkenal.
Kesederhanaan terasa di mana-mana dalam pesta tersebut. Terbukti dari cara tamu dijamu. Hal ini juga bisa dilihat dari mobil yang digunakan untuk mengantar pengantin dan perjamuan [pernikahan] itu sendiri, yang sederhana namun lezat dan harum.
Pembawa acara resepsi meledek Alireza tentang subsidi dan 1 juta toman yang akan diterima anaknya kelak, yang membuat doktor tersenyum.
Upacara berakhir; doktor dan ayahnya pengantin wanita berdiri di pintu gerbang untuk mengucapkan selamat tinggal kepada para tamu.
Menarik melihat bagaimana doktor melayani anak berumur 7-8 tahun yang berteriak “Paman! Paman!” kepadanya. Dia memeluk dan memperlakukannya dengan baik.
Semua orang telah pulang dan doktor menuju dapur untuk menyampaikan terima kasih kepada mereka yang bekerja untuk resepsi. Ketika semua orang telah pergi, pengantin pria dan wanita masuk ke mobil mereka tanpa ada formalitas tambahan dan pulang ke rumah dengan keluarga.
Saya menyampaikan selamat kepada sahabat saya, Alireza, doktor, keluarganya yang terhormat, dan juga keluarga syahid Mahmoud Kaveh. Semoga mereka memiliki kehidupan yang baik di bawah bayangan Imam Zaman.


Adalah hak setiap orang untuk melaksanakan pernikahan dengan kemewahan, terlebih lagi menggunakan uang pribadi. Namun, sebagaimana nasihat Ali bin Abi Thalib, seorang pemimpin memiliki kekhususannya tersendiri. Dengan tanggung jawab yang lebih besar, dia harus bisa menyesuaikan dan merasakan kehidupan rakyat terbawah yang dipimpinnya.
Penerjemah: Ali Reza Aljufri © 2011
Sumber: The Simple, Simple Wedding Of Ahmadinejad’s Son
Catatan: Gambar yang ditampilkan adalah gambar pernikahan putra Ahmadinejad yang bernama Mahdi, bukan Alireza. Terima kasih untuk Muhammad Hadi.

Tinggalkan Balasan ke obat herbal diabetes melitus Batalkan balasan