Sekelompok teroris berencana menyerang makam Sayidina Ḥusain pada pertengahan tahun 2014. Kabar tersebut tidak hanya memunculkan reaksi di kalangan umat Islam. Media asal India, Sahafat, melaporkan ada lebih dari 125 umat Hindu yang bersiap menuju Karbala.
Mengapa pemeluk agama Hindu rela datang ke Irak bersama ribuan muslim untuk melindungi makam Ḥusain bin ‘Alī, cucu Nabi Muḥammad ﷺ? Siapa mereka?
Mereka adalah Brahmana Hussaini, sebuah sekte dalam etnis Brahmana Mohyal. Kelompok etnis ini memiliki tujuh subklan yang di antaranya para prajurit bernama Datt atau Dutt. Dalam bahasa Hindi, Datt berasal dari kata daata yang berarti dermawan.
Ada beberapa versi sejarah mengapa kelompok ini ada di wilayah Arab. Datt adalah kepala suku di kalangan Brahmana yang menemani Aleksander Agung kembali ke Macedonia. Ketika Aleksander wafat, Datt dan pengikutnya pindah ke Arab.
Versi lain menyebutkan, setelah perang Mahabharata, Aswata yang merupakan leluhur Datt mengungsi ke wilayah Arab bersama pengikutnya.
Dalam pertempuran Karbala tahun 681, ada seorang pedagang keturunan Datt bernama Rahib Sidh Datt yang berjuang di sisi Sayidina Ḥusain melawan pasukan Yazīd bin Mu’āwiyah.
Melihat kecintaan Rahib kepadanya, Sayidina Ḥusain memberinya gelar sultan dan memintanya kembali ke India. Ketika cucu nabi tersebut dipenggal, Rahib kembali mengejar pembunuh Sayidina Ḥusain hingga ke Kufah dan berhasil memperoleh kepala suci tersebut dengan mengorbankan ketujuh putranya. Setahun kemudian, kepala tersebut dibawa ke Damaskus dan digabungkan dengan jasadnya di Karbala.
Kelompok Datt dikabarkan juga bergabung dengan pasukan Mukhtār dalam melawan ‘Ubaidullāh. Ada yang menyebut, tempat kelompok Datt menetap disebut dengan Dair-al-Hindiyah yang cocok dengan kota Al-Hindayah sekarang di Karbala.
Rahib kemudian bermigrasi menuju Afganistan melalui Iran, sementara klan Datt meninggalkan Hijaz pada 728. Keturunan Rahib yang pulang mendapat sambutan luar biasa dari penduduk Mohyal. Mereka menetap di Dina Nagar, Punjab, India, sedangkan yang lain berpindah ke Pushkar, Rajasthan, India.
Pada abad kesepuluh, seorang pemain catur licik bernama Wahun menantang Shiv Datt, pemimpin klan Datt. Dalam taruhan yang dibuat Wahun, pihak yang kalah harus membayar dengan kepala atau memeluk Islam. Dengan cara ini, Wahun berhasil membuat banyak penganut Hindu menjadi muslim.
Ternyata Shiv Datt berhasil mengalahkan Wahun tiga kali berturut-turut sehingga Shiv Datt berhak atas kepala istri Wahun dan dua orang anaknya. Semata karena kebaikannya, Shiv Datt mengampuni mereka.
Ketika Wahun tahu kalau leluhur Shiv Datt telah mengorbankan tujuh putranya dalam membela cucu Rasulullah, ia berhenti memaksa penganut agama Hindu untuk memeluk Islam.
Saat itulah Wahun mengucapkan kata-katanya yang terkenal di kalangan pengguna Bahasa Hindi dan Urdu: Wah Datt sultan, Hindu ka dharam musalman ka iman. Adha Hindu adha musalman (Salam bagi Raja Datt karena ia diberkahi dengan darma Hindu dan keimanan muslim. Separuh Hindu, separuh muslim).
Sampai saat ini, Brahmana Hussaini masih ada yang memperingati Muharam bersama umat Islam. Mereka mengenang pengorbanan leluhur mereka yang berjuang bersama Sayidina Ḥusain.
Ramsarup Bakshi, seorang anggota Brahmana Hussaini, merasa bangga karena memiliki ikatan dengan Sayidina Ḥusain dan menghormati Asyura. “Kami hanya komunitas kecil di Pune. Tapi bagian kecil sejarah ini begitu penting dalam hidup kami. Kami menjadi lambang persaudaraan Hindu dan muslim.”
Sunil Dutt, aktor kawakan India, merupakan seorang Brahmana Hussaini yang dulu kerap menghadiri peringatan Asyura. Namun peringatan tersebut sempat terhenti selama berabad-abad.
Salah seorang pengikut Brahmana Hussaini mengatakan, “Kami bisa katakan hal tersebut karena kesalahan ayah dan kakek kami yang tidak mengajarkan kepada kami tentang warisan sejarah dan budaya.”
Jika ada umat Hindu yang mengenang perjuangan Sayidina Ḥusain, bukankah umat muslim jauh lebih berhak untuk memperingati perjuangan cucu nabi tersebut?

Tinggalkan Balasan ke eko Batalkan balasan