Selama ini kita sudah pernah mendengar bahwa Imam Mahdi (semoga Allah mempercepat kemunculannya) adalah imam yang hidup atau imam zaman kita. Kita telah mendengar kisah, riwayat, dan biografi seluruh imam kita, kehidupan mereka serta bagaimana perilaku pengikut mereka.
Lalu bagaimana kisah kita? Apa yang sudah kita lakukan selama imam kita masih dalam masa kegaiban dan tidak tampak di tengah-tengah kita? Kita semua tahu bahwa imam kita tidak akan hadir dalam kehidupan sebelum kita siap. Tapi ini bukan berarti bahwa beliau tidak hidup di tengah-tengah kita—juga bukan berarti beliau tidak terlihat, karena beliau terlihat bagi mereka yang mampu melihatnya.
Imam kita hidup. Beliau selalu bersama pengikutnya dan orang-orang beriman kapan pun mereka memanggilnya. Inilah [salah satu] keyakinan dasar Syiah—bahwa imam kita memiliki kemampuan untuk menolong pengikut mereka ketika mereka meminta bantuan, baik itu di Madinah atau New York.
Lalu apa makna sebenarnya bahwa imam kita masih hidup? Apa gunanya bagi kita? Apakah kita benar-benar mendapatkan panduan dan nasihat tentang bagaimana menjalani hidup yang baik menurut kehendak Allah?
Sebagaimana riwayat masyhur menyebutkan, manfaat Imam Mahdi bagi pengikutnya bagaikan matahari yang memberikan manfaat sekalipun berada di balik awan. Apa yang bisa kita dapatkan dari sini? Apa yang bisa kita ambil dari masalah ini?
Para imam diutus dan dipilih oleh Allah untuk membimbing dan menolong kita. Pertolongan apa yang bisa kita peroleh dari imam? Apakah kita benar-benar berusaha menjadikannya sebagai pemimpin kita? Siapa pemimpin kita? Kita semua harus meluangkan waktu untuk merefleksikan dan berpikir “Siapa pemimpin saya?” Dari mana saya mendapatkan inspirasi tentang bagaimana menjalani hidup? Dari mana saya mendapatkan nasihat dan bagaimana saya menjawab pertanyaan atau memperjelas keraguan tentang jalan hidup?
Apakah kita semua berbicara dan tidak berusaha? Apakah kita hanya mengatakan bahwa beliau imam zaman kita dan tidak mendapat manfaat dari banyak nasihat dan kedekatannya pada kita? Apakah kita pernah bersyukur bahwa ketika kita memanggilnya untuk sebuah permintaan, permintaan itu terpenuhi? Apakah kita mempersiapkan hidup kita dan rumah kita terbuka baginya ketika beliau diizinkan Allah untuk muncul? Seberapa siapkah kita? Akankah kita hanya duduk di rumah dan tidak melakukan apapun sepanjang hari? Atau pergi ke sebuah acara yang menghabiskan uang padahal bisa digunakan untuk membantu orang miskin? Imam kita hidup, dan dikatakan bahwa ketika kita melakukan kesalahan, beliau menangis untuk kita meskipun kita tidak menyesalinya. Inilah bagaimana pemimpin kita mencintai kita. Tapi saat ini hanya terlihat seperti cinta satu-arah.
Kecuali kalau kita sampai menyadari bahwa kita memiliki imam yang hidup, yang membutuhkan dukungan, yang menyayangi kita dengan tulus, yang tetap menganggap kita sebagai pengikutnya meskipun kita menjadi seperti Hurr bagi Imam Husain as.
Mari kita bertanya pada diri sendiri: “Apa arti memiliki imam zaman?” Ketika kita meluangkan waktu dari kesibukan hidup, duduk dan memikirkan tentang imam kita yang menangis darah untuk Imam Husain setiap hari, dan mengingat kita dalam salat saat kita melupakannya, yang mengunjungi masyarakat kita dan merahmati dengan kehadirannya—ketika itulah kita akan menyadari arti memiliki imam yang hidup. Kita harus mulai melatih jalan hidup kita sekarang; jika tidak, kita tidak akan menjadi bagian kelompoknya. Mari kita biasakan untuk melaksanakan salat di waktu utama. Mari kita biasakan mengingat Imam Husain setiap hari.
Melakukan cara sederhana untuk mengubah hidup kita menjadi lebih dan lebih baik sepertinya akan membuat kita siap untuk kehadirannya. Jika kita tidak memulainya dari sekarang, kita akan tertinggal dan tersesat, seperti domba tanpa penggembalanya.
Penerjemah: Ali Reza Aljufri © 2010

Tinggalkan Balasan ke zahra / nining pencinta ahlil bait /mantan sunnah Batalkan balasan