Tadi waktu sedang menunggu giliran potong rambut, saya membaca koran yang isinya tentang pendirian sebuah klub. Bukan klub sepak bola, tapi malah Klub Poligami Indonesia. Klub poligami ini di-lauching pada malam minggu tanggal 17 Oktober 2009 dan dihadiri 150 orang.
Para tamu undangan yang datang di antaranya dari Papua, Jakarta, Tasikmalaya dan Garut. Dalam peresmian tersebut, hadir juga ketua klub poligami Malaysia Global Ikhwan Chodijah binti Am. Acara malam itu bertema “Poligami: Obat Mujarab untuk Mendapatkan Cinta Allah.”
Ketua Global Ikhwan Chodijah binti Am mengatakan, klub poligami tersebut awal mulanya diresmikan di Malaysia. Lalu didirikan cabang klub poligami di Indonesia. “Sebelum meresmikan klub poligami di Bandung, saya sudah berkeliling Indonesia untuk menyampaikan misi tentang poligami,” katanya ketika dihubungi ANTARA.
Ia mengaku, sebagai wanita awalnya menolak poligami, bahkan seluruh keluarganya pun menolak dengan alasan takut Chodijah tidak bahagia dan terlantar. Tapi, ia melanjutkan, setelah selama 30 tahun menjalani hidup sebagai seorang istri yang dipoligami, justru dirinya mendapatkan cinta Allah, karena senantiasa berkomunikasi dengan-Nya.
Chodijah tidak memungkiri jika pendirian klub poligami di Indonesia akan menimbulkan penentangan dari berbagai pihak apalagi kaum hawa. “Hal itu juga terjadi di Malaysia ketika pertama kali dideklarasikan, namun sekarang semua sudah bisa menerimanya,” katanya.
Benar saja, pertentangan juga terjadi di Indonesia pastinya. Mulai dari aktivis perempuan sampai ke ulama juga. Ketua MUI Jawa Barat, Hafidz Usman, meragukan manfaat dan pentingnya pendirian klub poligami itu. Menurut Hafidz, pembentukan klub itu berlebihan. Kelompok suami beristri lebih dari satu tersebut seharusnya tidak perlu ada karena sensitif di masyarakat.
Pimpinan cabang Klub Poligami Global Ikhwan cabang Bandung Mochamad Umar membantah jika kelompoknya dianggap sebagai aliran sesat dan meresahkan. Justru upayanya itu untuk memerangi pelacuran dan bermanfaat sosial. “Apa buktinya kami meresahkan atau aliran sesat,” katanya di Bandung, Selasa (20/10).
Poligami, ujar lelaki beristri empat itu, bukan sekedar urusan seks. Dalam kehidupan sehari-hari, para istri keluarga poligami dinilai sangat berperan membantu pekerjaan suami. “Poligami hanya dibolehkan jika lelaki bisa adil,” katanya. (Lihat: Ulama Jawa Barat Pertanyakan Klub Poligami)
Sebetulnya bukan cuma poligami yang boleh dilakukan kalau lelaki bisa adil, tapi juga hal yang lain termasuk nikah. Kalau lelaki tidak bisa adil juga jangan nikah dong. Cuma heran saja dengan orang yang semangat protes melawan hal yang tidak wajib: poligami.
Melawan poligami lebih semangat dibandingkan melawan perselingkuhan dan perzinaan. Seorang kiai yang poligami sampai disebut sebagai “pelaku kekerasan”! Apa urusannya orang yang poligami kemudian terjadi kekerasan lalu yang dilarang malah poligaminya? Ada orang shalat tapi masih maksiat apa yang dilarang shalatnya?
Lah ayatnya jelas: “Bila kalian khawatir tidak dapat berlaku adil maka seyogyanya beristeri tidak lebih dari satu.” Adilnya tidak gampang tuh, jadi ya… jangan asal poligami. Karena “adil“ yang dimaksud di sini adalah membagi harta materiil kepada masing-masing isteri dengan benar-benar sangat adil. Jumlah yang sama persis. Ini yang dimaksud dengan poligami yang bukan pelampiasan hawa-nafsu, tapi lebih ditekankan sisi sosial.
“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri- istri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung.” Nah, yang enggak mungkin lagi berbuat “adil” di sini adalah masalah perasaan kasih-sayang.
Di ayat ini kita dinasihati, karena adil membagi kasih-sayang kepada dua atau lebih wanita yang berbeda tidak mungkin, jangan sampai membuat istri yang lain terlantar dan pembagian harta materiil menjadi tidak adil. Emangnya itu klub ini bisa menjamin keadilan pria zaman sekarang? Kalau bisa baguslah. Tapi kenapa mesti ada klub poligami ya? Enggak bikin klub zakat gitu? “Mendapatkan cinta Allah” juga enggak harus poligami ‘kan?
(Ditulis Diketik dengan terburu-buru sehingga bahasanya berantakan) Wallahualam.
Tinggalkan Balasan ke dobelden Batalkan balasan