Kalau kemarin siang di kampus Pak Mas Romi Satrio Wahono bilang jangan curhat (yang nggak bermanfaat) di blog, saya malah ingin curhat yang mudah-mudahan bermanfaat. Tentang “kehidupan” sehari-hari dan nyata beberapa mahasiswi di kampus saya yang memiliki label Islam.
Mungkin ini bukan hal baru, tapi menjadi hal yang menyedihkan buat saya. Ketika waktu itu ada mahasiswi yang sering saya lihat di kampus nge-add saya di Facebook. Di kampus memang pakai jilbab (sebagaimana mestinya peraturan), tapi di kehidupan maya situs jejaring sosial, kemana jilbab kalian?
Kalau soal alasan kelakuan mereka, hanya dia dan Tuhan yang tahu. Mungkin karena kejeblos masuk kampus yang mewajibkan jilbab, jadi pakai jilbab karena peraturan (kampus). Atau karena menurut mereka itu hanya dunia maya, maka bisa dilepas jilbabnya dan hanya terkena dosa “maya” :evil:
Itu baru kelakuan beberapa mahasiswi. Kalau yang kebanyakan itu biasanya menggunakan pakaian yang… hmm… ketat. Tidak cuma mahasiswi yang ada di fakultas umum (seperti kedokteran atau teknologi) tapi juga di fakultas berbau agama (syariah atau dakwah). Teman saya bilang namanya celana “pensil” :?:
Sedangkan mahasiswi yang memakai pakaian yang sesuai dengan aturan (paling tidak menurut pendapat saya) justru mahasiswi yang berasal dari Malaysia. Bukan soal cadarnya, tapi soal cara mereka berpakaian yang (menurut saya) sesuai, terlepas dari corak berbunga dan warna-warninya yang meriah :D
Katakanlah kepada wanita yang beriman, “… Hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya… dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nûr : 31)
Saya harap teman-teman mahasiswi tidak mengeluarkan argumen klasik “daripada nggak sama sekali” atau berdalih dengan kaidah fikih mâ lâ yudraku kulluh, lâ yutraku kulluh (apa yang tidak bisa seluruhnya, jangan tinggalkan seluruhnya) karena sepertinya kaidah itu hanya berlaku untuk kebaikan, bukan “pelecehan” jilbab :evil:
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhannya), dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. (QS. Al-Baqarah : 208) Wallâhua’lam.
Tinggalkan Balasan ke Rhaya Batalkan balasan