Apa yang Terjadi Setelah Kematianku?

📅

📝

“What happens when you die?” tanya Erin Greene kepada orang yang disayanginya. Sebagai seorang ateis, Riley Flynn menjawab pertanyaan itu dari perspektif kematian klinis. Jawaban dia sangat mungkin sama seperti yang akan kualami dan kalian lihat nanti.

Sudah pasti tubuh ini akan berhenti berfungsi. Tapi tergantung bagaimana caraku mati, organnya bisa berhenti sekaligus atau perlahan.

Di sela-sela waktu itu, otakku akan membongkar ingatan jangka panjang dan pendek. Terutama mungkin ingatan akan kesalahan yang kulakukan kepada orang lain. Apa yang terjadi mungkin seperti mimpi yang mengakhiri semua mimpi.

Prosesnya hanya sebentar sampai kemudian aktivitas otak benar-benar mati. Tidak ada lagi rasa sakit. Tidak ada memori. Tidak ada kesadaran. Tidak ada lagi eksistensi bernama Ali Reza. Ada sih, tapi hanya bangkai yang dibalut kafan jausyan yang sudah kusiapkan di lemari.

Penjelasan Riley dalam serial Midnight Mass itu membuatku memikirkan dan membayangkan kembali apa yang akan terjadi setelah kematianku.

Pada hari itu tiba, kalian mungkin akan menangis sebentar. Kalaupun tidak, bisa dimengerti karena kalian sibuk mencerna apa yang telah, sedang, dan akan terjadi. Ibu kalian yang mungkin butuh waktu lebih lama.

Kerabat yang hadir hanya akan sedih, atau lebih tepatnya iba karena melihat ibu kalian dan kalian ditinggal pergi. Saat takziah, pelayat sesaat bertanya tentang kronologi kematianku. Setelahnya mereka membicarakan situasi politik.

Aku tidak punya banyak teman, jadi hanya sedikit orang yang akan hadir. Semoga itu justru membuat kalian tidak repot.

Rekan kerja yang datang hanya utusan. Sisanya diwakili oleh karangan bunga. Mereka memang terkejut. Tapi satu hari kemudian, pekerjaanku sudah dialihkan ke orang lain. Rutinitas berjalan seperti biasa. Namaku tidak akan disebut lagi. Aku berakhir di dunia ini.

Tapi apa, ya, yang tersisa dariku? Apa yang aku tinggalkan untuk kalian dan orang-orang? Aku akan diingat sebagai anak, suami, adik, kakak, paman, dan ayah yang bagaimana? Kalau mereka yang pernah hidup denganku saja mungkin tidak ingat, apalagi dengan cucu dan keturunan selanjutnya?

Memang, orang yang sudah menyiapkan warisan akan lebih damai menghadapi kematian dan akan lebih diingat oleh orang yang mereka cintai. Tapi menurut penelitian The Gerontologist, warisan yang dimaksud bukan harta tetapi nilai dan pesan hidup.

Kalian ingat, Nabi ﷺ bilang bahwa ketika manusia meninggal maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.

Hadis itu bicara tentang proses legacy making. Sedekah menjadi bagian dari warisan tangible tapi harus yang terus mengalir. Sedangkan ilmu yang bermanfaat merupakan warisan intangible seperti nilai dan pesan hidup tadi.

Proses legacy making itu kata penelitian, dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup kalian sebagai anak-anak. Sehingga pada akhirnya, kalian akan terus ingat dengan apa yang sudah ditanamkan pada diri kalian.

Sudah pasti aku tidak sempurna. Mungkin sering marah; marah karena lelah. Lelah selalu merasa tidak cukup dalam memberi. Aku juga tidak meninggalkan banyak harta. Tapi ada banyak ruang lain yang bisa menolong kita pada saatnya nanti paling dibutuhkan.

Aku berproses meninggalkan hal-hal yang aku harap dapat terus hidup di tengah kalian. Mungkin lewat amal jariah yang kita lakukan bersama; opini tak bermakna yang kutulis ini, buku yang kuberikan, atau pendidikan yang kalian terima. Atau mungkin kebiasaan kecil yang kita lakukan bersama.

Aku menulis ini dengan harapan agar kalian tahu: selama aku hidup aku berusaha meninggalkan jejak yang berarti untuk kalian. Dan setelah aku mati, aku berharap jejak itu tetap ada agar kalian selalu merasa bahwa aku pernah ada dan dekat.


Discover more from islah

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.