Sejak awal abad ke-19, dunia Islam telah dihadapkan dengan Barat bersama dengan kebenciannya yang berkembang selama Perang Salib. Serangan pertama datang dari Perancis. Tantangan ini mengakibatkan kejatuhan khilafah, sistem politik, dan pendudukan tanah umat Islam.
Barat terus menyerang kita secara moral dan ideologis serta menghadirkan sekularisme yang lemah sebagai penggantinya. Terlebih lagi, pada 1948 ia berhasil mencapai salah satu tujuan berbahaya dengan membentuk negara Zionis di jantung dunia Islam.
Rencana jahat ini dapat divisualisasikan dalam rangkaian peristiwa yang saling berkaitan: Keberhasilan tantangan tersebut tidak akan mungkin terjadi tanpa pembentukan negara Zionis. Keberlanjutan entitas Zionis membutuhkan rezim di dunia Islam untuk menjadi agen yang bersekutu dengan kekuatan neo-kolonial.
Namun kemudian Revolusi Islam di Iran melepaskan panah pertamanya ke Barat dan mencapai kemenangan pertama Islam di era modern. Kehidupan kembali ke tubuh Islam yang mereka duga telah mati. Sebuah kebangkitan dan kesadaran dari wilayah mereka sendiri yang terkuat dan terbesar.
Era baru akan segera dimulai. Kita telah menemukan jati diri kita. Kita bangkit setelah 200 tahun dalam kehinaan, setelah berabad-abad dalam keterbelakangan dan buta huruf. Inilah Revolusi Islam yang maju untuk membangun sejumlah fakta, di antaranya:
- menghilangkan rasa ketertinggalan dan menghapus kekuatan adidaya dari benak dunia, khususnya umat muslim dan kaum tertindas lain.
- membawa pola budaya baru kita yang layak dicontoh kepada umat manusia sambil menempatkan Barat di “kursi tergugat”.
- menegaskan peran historis yang dimainkan Islam revolusioner dalam kehidupan masyarakat di kawasan.
Pertanyaannya, apakah Barat dan antek-anteknya akan membiarkan revolusi Islam Iran?! Mereka tentu akan melawan dan mencoba mematahkan semangatnya.
Mereka terkejut oleh kebangkitan umat Islam dan revolusinya. Mereka berusaha mencegah umat muslim untuk meraih kekuasaan. Tapi mereka gagal dan bekerja dalam banyak skema seperti:
- mengobarkan isu-isu yang berkaitan dengan kelompok minoritas;
- mendukung kelompok Iran tertentu yang menentang revolusi, seperti pendukung raja, SAVAK, dan organisasi sekuler lain yang mengangkat senjata untuk melawan revolusi;
- memberlakukan embargo ekonomi dan politik, yang diarahkan oleh Amerika Serikat dan Eropa Barat;
- memanfaatkan invasi eksternal secara langsung dengan menggunakan Saddam Al-Tikriti dan tentara Irak yang menyedihkan;
- mengobarkan disharmoni sosial antara dua sayap umat muslim, sunnī dan Syiah, sebagai upaya terakhir untuk menahan gelombang revolusioner dan mencegah dampaknya mencapai wilayah berpendudukan sunnī yang kaya akan minyak atau dalam menghadapi entitas Zionis.
Revolusi berhasil menumpas pemberontakan kelompok tertentu yang dipimpin Barat seperti kaum pendukung raja serta agen oposisi sekuler. Meski menghadapi sanksi, Imam Khomeini tetap merasa optimis. Dia mengatakan kepada para mahasiswa yang mengikuti programnya:
Kita tidak bangkit (dengan revolusi) untuk mengenyangkan perut. Karenanya mereka tidak akan berhasil membungkam kita hanya dengan menakut-nakuti dengan sanksi. Kami bangkit demi Islam seperti yang dilakukan Nabi Muhammad ﷺ. Penderitaan kita belum seberapa dibandingkan dengan yang dihadapi oleh nabi.
Soal invasi eksternal, hal itu segera menjadi bumerang ke dalam hati para penjajah yang mengakibatkan rasa sakit, penderitaan, dan kekalahan total. Poros kelima konspirasi yang mengobarkan kekacauan sosial antara sunnī dan Syiah, telah mencapai beberapa keberhasilan.
Namun semua itu hanya sementara karena umat Islam dengan cepat menyadari orang macam apa yang selalu mengipasi api kekacauan sosial yang semu. Neo-kolonialis yang ingin memisahkan negara-negara Islam dengan penguasa tiran mereka akan berkonfrontasi dengan umat dan mengisolasi mereka.

Tinggalkan komentar