Seorang pria bernama Benjamin lahir dengan kelainan genetik. Dia lahir dalam kondisi seperti lansia. Tubuhnya kecil dan lemah. Kulitnya kendur dan mengeriput. Rambutnya rontok dan menipis. Tulang dan sendi terasa kaku.
Namun tidak seperti penyakit progeria, Ben justru tumbuh semakin kuat dan muda. Bahkan mendekati akhir hidupnya, dia menjadi anak kecil dan bayi. Aku tahu itu aneh, karena memang itu hanya cerita fiksi dalam film The Curious Case of Benjamin Button.
Beberapa tahun lagi, kalian—anak-anakku—baru boleh menontonnya. Sambil menunggu waktu itu datang, aku ingin kalian memperhatikan orang-orang di sekitar keluargamu dulu. Mengapa?
Pertumbuhan fisik Benjamin dan manusia normal memang kontradiktif. Lahir tua dan mati muda. Tapi perilaku pada awal dan akhir kehidupan Ben dan manusia umumnya memiliki kesamaan.
Fase awal kehidupan Ben yang berusia muda namun nampak tua, sama dengan fase kehidupan, misalnya, kakek kalian, yang sudah lanjut usia namun seperti anak kecil.
Rewel dan mudah marah karena alasan yang tak dimengerti; sulit berjalan dan terkadang perlu dituntun; tak mampu makan sendiri dan harus disuapin; atau buang air tidak pada tempatnya dan perlu menggunakan popok.
Semua perilaku di atas bukan hanya perilaku kalian sewaktu kecil. Orang tua yang memasuki lansia sangat mungkin mengalami hal itu. Jika berumur panjang, aku pun bergerak ke arah sana. Bisakah kalian melihat perlahan tanda-tanda itu dari sekarang?
Seribu empat ratusan tahun yang lalu, Al-Qur’an sudah memperingatkan kita tentang hal itu:
Barang siapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal penciptaannya. Mengapa mereka tidak mengerti?
Mohsen Gharaati dalam tafsirnya menjelaskan, nunakkis berasal dari kata tankis yang berarti “membalikkan”. Maksudnya adalah mengembalikan kondisi manusia ke masa kanak-kanak.
Perilaku, kognisi, dan emosi manusia berubah seiring waktu dan tidak bisa dihindarkan. Ada beberapa faktor yang perlu kamu ketahui mengapa orang tua atau lansia mengalami regresi, yaitu mulai berperilaku atau berpikir seperti anak kecil.
Pertama, otak mengalami penurunan daya tangkap entah natural atau pengaruh obat. Kedua, bisa juga karena peristiwa hidup yang pernah dialaminya. Ketiga, karena ada kebutuhan yang belum terpenuhi, sehingga dia kekurangan stimulan hidup dan membutuhkan kenyamanan.
Memahami penyebab psikologi yang dialami orang tua atau lansia penting untuk kita bersiap dalam menyikapinya. Tetap sabar dalam memenuhi kebutuhan mereka dengan empati merupakan kunci untuk membuat mereka merasa aman dan nyaman. Kalian bisa belajar dari anggota keluarga yang saat ini menjaga Habib—kakek kalian.
Aku berdoa semoga tidak sempat merepotkanmu nanti, tapi aku pun berharap kamu bisa mengerti sejak awal kemungkinan kondisi itu. Ayat Quran di atas dan kenyataan yang dialami oleh manusia menunjukkan bahwa menjadi tua dan berubah itu bagian dari sunatullah.
Di antara masa kecil dan masa tua nanti, di mana fisik dan mental akan kembali dalam kondisi yang serupa, ada masa muda yang sekarang bisa kamu nikmati. Oleh karena itu, anakku, jangan sia-siakan masa mudamu.
Kalian tidak akan selamanya selalu senang dan bahagia, karena suatu hari bisa saja kehilangan semua energi jika tidak dijaga dengan baik. Nabi Muhammad ﷺ mengingatkan kita semua:
Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: masa mudamu sebelum datang masa tuamu; waktu sehatmu sebelum datang sakitmu; masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu; masa luangmu sebelum datang masa sibukmu; hidupmu sebelum datang matimu.
📚 Hadis Ahlusunah: Al-Mustadrak ‘alā Al-Ṣaḥīḥain
📚 Hadis Syiah: Wasā’il Al-Syī’ah
Nasihat Rasulullah ﷺ di atas menarik. Beliau membuka dengan peringatan mengenai masa muda, untuk kemudian menutupnya dengan nasihat untuk mengingat kematian.
Di antara masa muda dan kematian, di tengah-tengahnya ada waktu yang menjadi musuh yang tidak bisa dikalahkan oleh Benjamin. Sebelum kematiannya, Benjamin menulis surat untuk anaknya:
“…Tidak ada kata terlambat untuk menjadi siapa pun yang kamu inginkan… Kamu bisa berubah atau tetap sama; tidak ada aturan untuk hal ini. Kita bisa melakukan yang terbaik atau terburuk. Aku harap kamu melakukan yang terbaik… Aku harap kamu menjalani kehidupan yang dapat kamu banggakan. Jika ternyata tidak, aku harap kamu memiliki kekuatan untuk memulai dari awal lagi.”

Tinggalkan komentar