Negara Terberkahi dan Terkutuk Menurut Israel

Benjamin Netanyahu dalam Majelis Umum PBB

📅

📝

Ada-ada saja sandiwara yang diperankan Benjamin Netanyahu. Dalam sidang Majelis Umum PBB pada 27 September 2024, dia membawa beberapa alat peraga berupa peta. Salah satu peta yang pernah dia sampaikan sebelumnya adalah peta bertajuk The New Middle East.

Timur Tengah yang baru itu tanpa Gaza atau Tepi Barat. Lebih tepatnya tidak ada Palestina!

Netanyahu mengatakan, Timur Tengah Baru ini bakal penuh kedamaian. Apalagi sudah ada Perjanjian Abraham–kesepakatan normalisasi hubungan Israel, Uni Emirat Arab, dan Bahrain. Netanyahu lebih lanjut bilang, “…bayangkan berkah yang akan muncul kalau damai dengan Arab Saudi.”

Supaya Timur Tengah Baru bisa menghubungkan Asia dengan Eropa dengan aman, Netanyahu meminta dunia harus memilih: berpihak kepada negara yang “diberkahi” atau negara yang “dikutuk”?

Embed from Getty Images

“The Blessing

Sejak Israel mendeklarasikan penjajahan atas wilayah Palestina pada 1948, posisi negara Arab terus melemah. Awalnya mereka dengan keras menolak, tapi lama-lama melunak. Ada beberapa negara Arab yang menurut Israel “diberkahi” karena berbaik hati dengan Israel, yaitu Arab Saudi, Mesir, dan Yordania.

Arab Saudi dan Israel memang tidak punya hubungan diplomatik resmi. Tapi sejak tahun 2000-an sampai sekarang, persahabatan Saudi dan Israel semakin erat. Proposal two-state solution juga diterima oleh Saudi yang artinya eksistensi Israel diakui.

Kerja sama saling dukung antara Saudi dan Israel terutama di bidang ekonomi dan militer terus meningkat. Kedua negara diam-diam mengakui jika mereka memiliki “kepentingan yang sama” untuk melawan pengaruh Iran.

Embed from Getty Images

The Curse”

Iran merupakan pemimpin negara yang membawa “kutukan” bersama dengan tiga negara lain, yaitu Irak, Suriah, dan Lebanon. Dukungan Iran kepada Hamas juga dianggap mengganggu upaya “damai” yang sedang dilakukan. Sambil membawa isu rasial, Netanyahu bahkan mengatakan kalau Iran mengancam rekonsiliasi Arab dan Yahudi.

Hubungan Iran dengan Israel berkebalikan dengan cerita Arab Saudi. Dulu mereka kawan namun sekarang lawan. Sejak revolusi Islam Iran 1979, pembelaan terhadap Palestina sudah menjadi fokus Iran. Penjajahan Zionis tidak akan ditoleransi sehingga solusi dua-negara selalu ditolak Iran.

Bagi Iran, Israel merupakan sumber kekacauan di Timur Tengah. Oleh karena itu, Iran memiliki sejumlah proksi di beberapa negara kawasan untuk membuat keseimbangan dari pengaruh zionisme yang merusak.

Saat terjadi Perang Saudara di Suriah, pusat perhatian dunia Islam terfokus pada “kejamnya” Bashar Al-Assad terhadap kaum “muslimin” yang sebenarnya merupakan terorisme yang didanai Barat. Iran dan Rusia harus berpihak kepada Assad karena jika pemerintahan tumbang, Suriah dikuasai oleh boneka Amerika Serikat yang akan memperkuat pengaruh Israel.


Sekarang tinggal kita yang memutuskan. Apakah akan berpihak kepada negara-negara yang diberkahi oleh Zionis Israel, atau justru turut menggemakan suara Netanyahu bahwa Iran dan proksi perlawanan (al-muqawamah) adalah penjahat kriminal yang merusak Timur Tengah dan dunia Islam?

Persatuan kaum muslim itu penting, terutama di saat Israel berusaha membenturkan Arab Saudi dan Iran. Tapi jika di antara kita ada yang berpihak kepada musuh Islam, pastinya kita harus mengambil sikap tegas. Karena netral hanya akan menguntungkan musuh.


Discover more from islah

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.