Apa pendapat pemimpin tertinggi Al-Azhar, Mesir, terkait permasalahan suni dan Syiah? Pertanyaan itu dilontarkan salah seorang pejabat Kementerian Agama kepada imam besar Al-Azhar, Syekh Ahmed el-Tayeb, di kantor Majelis Ulama Indonesia (22/2). Tanpa basa-basi, otoritas tertinggi dalam pemikiran ahlusunah ini menjawab, “Suni dan Syiah bersaudara.”
Didampingi Menteri Agama dan Ketua Majelis Ulama Indonesia, imam besar Al-Azhar ini menjelaskan bahwa Islam mempunyai definisi yang jelas. Kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan salat, berpuasa, berzakat, dan beribadah haji bagi yang mampu. Menurutnya, Syiah telah menjalankan rukun Islam tersebut. “Mereka yang melaksanakan lima hal pokok ini disebut sebagai muslim,” tegasnya. Karena alasan itu, umat Islam yang berakidah ahlusunah bersaudara dengan umat Islam dari golongan Syiah.

Ulama Al-Azhar kelahiran 1946 ini mengatakan bahwa tidak ada masalah prinsip yang menyebabkan Syiah dianggap keluar dari Islam. Bahkan menurutnya, banyak ajaran Syiah yang dekat dengan pemahaman ahlusunah. Perbedaan antara suni dengan Syiah dalam pandangan syekh Al-Azhar ini hanyalah pada masalah imamah. “Syiah mengatakan bahwa imamah (kepemimpinan) bagian dari pokok agama (usuluddin), sementara kita mengatakan bagian dari masalah cabang (furuk).”[1]
Penegasan dari pemimpin tertinggi Al-Azhar ini bukanlah yang pertama. Beberapa kali Syekh Ahmed el-Tayeb menjelaskan bahwa tidak semua Syiah bisa disamaratakan. Diakuinya, terdapat perilaku segelintir pengikut Syiah yang melakukan penistaan terhadap pribadi-pribadi yang dinilai mulia di sisi ahlusunah. Semua itu menurutnya berawal dari penghormatan lebih tinggi yang diberikan pengikut Syiah kepada Ali bin Abi Thalib. “Padahal kalau kita membaca kitab-kitab Syiah yang lama, mereka secara umum menghormati para sahabat.”
Perbedaan yang ada di antara Syiah dan ahlusunah bukanlah perbedaan antara muslim dengan non-muslim. Isu-isu seperti kepemimpinan dan kesucian seseorang masih menjadi bagian dari wacana para ulama Islam. Bagi imam besar Al-Azhar ini, ahlusunah dan Syiah adalah dua sayap umat muslim. Pendapat Syekh Ahmed el-Tayeb bukanlah pendapat pribadi. Saat diwawancara sebuah televisi Mesir, Syekh Ahmed menegaskan bahwa penjelasan yang disampaikan mengenai Syiah darinya merupakan sudut pandang ahlusunah dan sudut pandang Al-Azhar sebagai representasi ahlusunah.[2]
Lembaga yang dipimpinnya, Al-Azhar, merupakan masjid sekaligus pusat pendidikan yang didirikan pada tahun 970 pada era pemerintahan Dinasti Fatimiah. Diambil dari nama yang dinisbahkan kepada putri nabi, Fatimah Az-Zahra, masjid itu diberi nama Masjid Al-Azhar. Sesuai dengan mazhab yang mendominasi pemerintahan, Al-Azhar memainkan perannya yang berorientasi pada mazhab Syiah.[3]
Pemerintahan berganti, kini Al-Azhar menjadi pusat pendidikan dan pemikiran ahlusunah paling prestisius di dunia. Bagi Syekh Ahmed, Al-Azhar Asy-Syarif adalah juru bicara resmi dan benar tentang Islam ahlusunah. Baginya, Islam yang benar akan selalu mendekatkan hubungan antara kaum muslim. Al-Azhar telah melakukan berbagai upaya untuk melakukan pendekatan antara ahlusunah dan Syiah. Sebelumnya, pada tahun 1959, pemimpin tertinggi Al-Azhar saat itu, Syekh Mahmood Shaltoot, juga telah mengeluarkan fatwa yang mendekatkan ahlusunah dan Syiah.
Al-Azhar menolak dengan tegas kelompok manapun yang mengkafirkan Syiah. Sikap mudah mengkafirkan (takfir) menurutnya memiliki konsekuensi yang berat dalam Islam. Mengkafirkan tanpa dasar yang pasti merupakan sesuatu yang batil dalam Islam. Sejalan dengan hal tersebut, Syekh Ahmed el-Tayeb menyampaikan apresiasi kepada pemimpin tertinggi Syiah, Ayatullah Ali Khamenei, yang menegaskan keharaman menghina simbol dan pribadi-pribadi yang disucikan oleh ahlusunah.[4]
Syekh Ahmed Muhammad Ahmed el-Tayeb telah menyampaikan pandangannya yang jelas tentang Syiah di kantor Majelis Ulama Indonesia. Akankah ke depannya MUI membawa angin sejuk bagi persaudaraan ahlusunah dan Syiah di Indonesia? Ataukah buku penuh fitnah terhadap Syiah yang menggunakan logo MUI akan terus diedarkan?
Referensi:
[1] ^ “Grand Syekh Al Azhar: Sunny dan Syiah Adalah Saudara”. Kementerian Agama RI. Diakses pada 22 Februari 2016
[2] ^ “Imam Besar Al-Azhar: Syiah Muslim, Pernikahan Sunni-Syiah Sah”. Maula TV
[3] ^ M. Rais. “Al-Jamiah Al-Azhar”. Kementerian Agama Sumatera Selatan. Diakses 22 Februari 2016.
[4] ^ “Keharaman Menghina Istri dan Sahabat Nabi”. Islam di Atas Mazhab.

Tinggalkan komentar