Membicarakan tentang peristiwa Karbala dan hari Asyura selalu dikaitkan dengan kelompok Syiah. Orang-orang enggan membicarakan peristiwa pembunuhan Husain bin Ali karena takut dituduh penganut Syiah. Padahal, peristiwa yang berkaitan dengan tragedi tersebut tercatat dalam kitab-kitab ahlusunah. Oleh karena tu, mengungkap peristiwa Karbala menjadi sangat penting, setidaknya karena dua alasan.
Pertama, kalau kita mempelajari Dinasti Umayyah, kita akan menemukan usaha mereka untuk meremehkan nilai dan tragedi yang terjadi di Karbala. Secara lebih khusus, mereka mengabaikan pentingnya darah di Karbala yang merupakan bagian dari cucu Nabi Muhammad saw. Mereka merendahkan Karbala tempat Imam Husain a.s. syahid dan membuat orang percaya kalau semua itu tidak bernilai sebagaimana penilaian pengikut mazhab ahlulbait.
Lebih jauh dari itu, mereka malah menjelaskan hal-hal lain yang dianggap lebih penting. Contohnya? Mereka mengutamakan darah Umar bin Saad, si pembunuh Imam Husain, dengan mengatakan bahwa kematiannya lebih penting daripada kematian Imam Husain!
Mungkin aneh dan sulit dipercaya, tapi kitab-kitab para pemuja Umayyah menunjukkan realita tersebut. Mereka benar-benar mengecilkan nilai revolusi Imam Husain, tidak hanya pada masanya tapi hingga saat ini. Sebagai contoh, pada hari Asyura media Wahabi yang memiliki hubungan dengan Umayyah akan memusatkan kritik pada simbol, darah, turbah Karbala, dan menangisi Husain.
Hubungan antara Karbala dan pengaruh Umayyah dalam Islam adalah bukti bahwa topik terkait Imam Husain bukanlah buatan Syiah. Tema tentang Imam Husain, darah dan tanahnya, dinilai penting oleh wahyu Ilahi. Sebuah masalah yang penutup para nabi saw. berikan perhatian dan beliau tangisi sendiri. Tulisan ini tidak membahas apa yang para imam ahlulbait katakan tentang tanah Karbala dan darah Imam Husain, tapi lebih kepada apa yang nabi saw. dan Ali bin Abi Thalib katakan tentangnya.
Ketika tulisan ini menyebut “tanah Karbala” maka yang dimaksud bukanlah potongan tanah yang dibuat untuk sujud (turbah) tapi mencakup seluruh daerah Karbala. Maknanya adalah makna bahasa dan bukan istilah. Tema ini juga menjadi penting karena nabi memang memberikan perhatian penting. Tanah Karbala dianggap suci dan diberkahi karena nabi memberikan nilai luar biasa dan perhatian khusus pada tanah tersebut yang tidak beliau berikan pada darah atau tanah orang lain.
Bagaimana usaha Dinasti Umayyah untuk mengecilkan nilai dan pentingnya peristiwa Karbala?
Pertama kita bisa baca sendiri apa yang dikatakan oleh Ibnu Taimiah—pengikut Wahabi menggelarinya dengan Syekhul Islam dan menyebutnya sebagai pencinta Ali dan ahlulbait—dalam Minhâj As-Sunnah An-Nabawiah jilid III yang ditahkik Dr. Muhammad Rasyad Salim, cet. 2 tahun 1999 M. Perhatikan apa yang Ibnu Taimiah katakan di halaman 70 kitab tersebut agar menjadi jelas bagi seluruh muslimin dan pengikut Ibnu Taimiah yang yakin bahwa dia mencintai ahlulbait dan keluarga Imam Husain, cucu nabi, pemimpin pemuda surga:
ومن المعلوم أن عمر بن سعد أمير السرية التي قتلت الحسين مع ظلمه
“Sudah diketahui bersama bahwa Umar bin Saad adalah pemimpin as-sariyyah (detasemen) yang membunuh Husain dengan kezalimannya…”
Dari kalimat di atas terlihat bagaimana dia merendahkan masalah ini. Bayangkan, pasukan yang membunuh Imam Husain hanya disebut dengan istilah sariyyah seolah-olah jumlahnya hanya seratus atau dua ratus orang. Dia tidak sebut sebagai tentara lengkap (jaisy) yang diutus Ibnu Ziad atas perintah Yazid untuk memerangi dan membunuh Husain. Tapi yang jelas, Ibnu Taimiah mengakui bahwa Umar adalah pembunuh Husain dan dia telah berbuat zalim, tidak lebih dari itu.
وتقديمه الدنيا على الدين لم يصل في المعصية إلى فعل المختار بن أبي عبيد الذي أظهر الإنتصار للحسين وقتل قاتله بل كان هذا أكذب وأعظم ذنبا من عمر بن سعد
“…dan pengutamaannya terhadap dunia di atas agama, namun dosanya tidaklah seburuk yang dilakukan Mukhtar bin Abi Ubaid yang menunjukkan kemenangan demi Husain dan membunuh pembunuhnya.”
Artinya, maksiat atau dosa Mukhtar lebih buruk di mata Allah dibandingkan dosa pembunuh Husain. Kalimat ini juga berarti bahwa darah Umar bin Saad lebih penting, lebih agung, dan lebih mulia jika dibandingkan dengan darah Imam Husain menurut Ibnu Taimiah.
Sungguh kasihan dan menyedihkan. Tidak ada lagi kata-kata yang bisa terucap. Mungkinkah kebencian (nashb) terhadap ahlulbait lebih buruk daripada kebencian terhadap Umar bin Saad? Apa makna nashb? Apakah ada bentuk nashb yang lebih buruk daripada membunuh? Adakah yang lebih buruk dari apa yang Umar lakukan terhadap Husain dan keluarganya?
Seseorang bisa saja membebaskan Yazid dari segala tuduhan kejahatan dengan mengatakan bahwa dia tidak di sana saat perang terjadi; atau dia tidak memerintahkan hal tersebut terjadi. Tema tersebut bisa dibahas lain waktu, meski sudah jelas itu kebohongan dan terbukti Yazid memerintahkannya.
Kalimat tersebut juga bermakna bahwa dosa Mukhtar yang membunuh pembunuh Husain lebih besar jika dibandingkan dengan dosa orang yang membunuh Husain. Hal ini juga berarti dosanya lebih besar dibandingkan orang yang membunuh ahlulbait dan sahabat nabi, karena beliau dianggap sebagai salah satu sahabat nabi yang mulia. Inilah logika yang membela Ibnu Taimiah dan ideologi yang mengatakan “kami mencintai Yazid, Muawiyah, dan dinasti Umayyah dan mereka sahabat rasul”. Inilah logika yang sama sampai hari ini. Bagaimana mereka menunjukkannya? Mereka mengatakan “Ini perbuatan bidah dan nabi tidak pernah melakukannya!” Sekarang, mereka sendiri yang melakukannya.
فهذا الشيعي شر من ذلك الناصبي
“Maka pengikut Syiah ini (Mukhtar) lebih buruk daripada nâshibî itu (Umar).”
Perhatikan bagaimana Ibnu Taimiah tahu bahwa Umar bin Saad adalah seorang nasibi tetapi tetap dibelanya. Jika dia nasibi maka dia seorang munafik dan berada di neraka terdalam. Pada saat yang sama dikatakan bahwa seorang Syiah lebih buruk dari seorang munafik. Saat ini kita sama sekali tidak sedang membicarakan Syiah dan munafik, tetapi ideologi (manhaj) dari orang yang mengatakan hal tersebut. Ideologi yang mengatakan bahwa nâshibî (orang yang dasar agamanya membenci Ali dan membela Muawiyah) lebih baik dari orang yang mencintai Ali dan membenci Muawiyah. Padahal nabi mengatakan “Ya Allah, cintailah orang yang mencintai Ali dan tolonglah orang yang menolong Ali”, “Mencintainya adalah bagian dari iman, membencinya adalah kemunafikan.” (HR. Muslim)
Pertanyaan selanjutnya, apakah pembunuh Husain lebih rendah dari pembunuh Umar bin Saad? Apakah darah Umar bin Saad lebih mulia dan lebih agung daripada darah Imam Husain? Inilah yang menjadi pembahasan kita berikutnya, insya Allah. Agar kita bisa melihat apa yang dikatakan ulama madrasah sahabat (ahlusunah) dan ulama Islam tentang darah Husain dan tanah tempat darah Husain tertumpah.
Selanjutnya: Bagaimana Allah Swt. dan rasul-Nya menggambarkan Karbala dalam hadis sahih? Baca Halaman 2!

Tinggalkan komentar