Dokter yang Berdakwah di Tengah Kemiskinan

O. Hashem

📅

📝

Kalau kalian pernah baca buku Marxisme dan Agama terbitan tahun 1963, kalian pasti tidak bakal mengira kalau penulisnya seorang dokter. Soalnya, bukunya detail banget menjelaskan perseteruan agama dan ideologi Marxisme. Oemar Hashem, penulis buku itu, ternyata dokter yang pandai berdakwah.

O. Hashem tertarik dengan dunia dakwah sejak kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Waktu tinggal di asrama Kristen, kawannya bilang sesuatu yang bikin kaget, “Panggilan Tuhan Bapa itu dari Islam.” Dari situlah Oemar langsung memperdalam agama dan mulai belajar bahasa Arab secara otodidak! 

Bersama empat kawannya—Hadi A. Hadi, Hasan Assegaf, Muhammad Suherman (Muhammadiyah), Saad Nabhan (Al-Irsyad), dan Husain Al-Habsyi—O. Hashem mendirikan YAPI (Yayasan Penyiaran Islam) tahun 1961. Sekitar 1960-an, O. Hashem juga rutin berceramah di Dewan Dakwah.

Mohammad Natsir bahkan pernah mengirim surat untuk O. Hashem beserta buku Prof. Dr. Verkuyl yang berjudul Interpretasi Iman Kristen kepada Orang Islam. Buku itu dijawab oleh O. Hashem dengan buku juga berjudul Jawaban Lengkap kepada Pendeta Dr. J. Verkuyl (1967). M. Natsir pun berterima kasih.

Prof. Dr. H. M. Rasjidi bahkan pernah memuji O. Hashem dalam sebuah seminar, “Di depan saya ada anak muda yang menjadi guru saya.”

Sebagai dokter, O. Hashem juga pernah ditempatkan di Lampung dan menjadi dokter puskesmas. Di sana beliau sering diminta ceramah. Meski awalnya tidak mau aktif berceramah, toh hatinya tetap terpanggil karena dakwah di sana minim .

Kota kecil memang tidak menarik bagi seorang dokter. Apalagi bergulat dengan kemiskinan penduduk kampung. Tapi bagi O. Hashem, dia punya komitmen sejak muda, “Saya tidak akan menolak ditempatkan di mana pun, karena saya sudah mengambil keputusan untuk mengabdi kepada rakyat,” kata ayah empat anak ini.

O. Hashem sering banget menolak bayaran pasien yang kesulitan membayar. Dia pun membuka praktik murah di Lampung. “Saya tidak tega untuk mengambil uang mereka,” kata suami Khadijah Al-Kubra ini. Dia prihatin dengan biaya kesehatan yang mahal.

Namun ironis dengan masa pensiunnya, O. Hashem justru kesulitan untuk membeli obat dan biaya rumah sakit. Pulang praktik dari Lampung, dia kembali ke Jakarta dengan uang yang hanya cukup untuk tiket. Meski uang pensiunannya hanya sekitar Rp620 ribu, setiap Senin, istrinya selalu menyediakan 10 kg beras untuk tukang sampah.

Baginya, problem dakwah itu kemiskinan dan orang miskin juga butuh dakwah. “Sekarang ini yang bisa menerima dakwah itu orang kaya, yang bisa bayar. Orang miskin tidak bisa, karena tidak mampu bayar,” ujar dokter dari keluarga petani ini.

Meski dikenal sebagai orang yang humoris, namun peristiwa Asyura selalu membuat pipinya basah oleh air mata. Baginya, Asyura menggambarkan betapa kejamnya manusia terhadap manusia lain. Coba seandainya Husain membaiat pemimpin zalim (Yazid), berarti beliau menyalahi risalah kakeknya, Rasulullah. “Sekarang ini kita mesti kritik bila ada penguasa berbuat zalim,” jelasnya.

Setiap yang membaca karya beliau bisa disebut sebagai muridnya. Beberapa kali berbincang dengannya seperti berbicara dengan komputer dengan memori besar. Beliau hampir bisa menyebutkan setiap kisah dan sejarah dengan lengkap. Tema obrolannya juga tidak selalu tentang agama. Terakhir ke rumahnya, beliau menceritakan sejarah kopi dan jenis-jenisnya.

Sakit komplikasi (kanker, paru-paru, asma, diabetes) yang dideritanya memuncak ketika beliau harus masuk ke rumah sakit pada 20 Januari 2009. Berselang empat hari, beliau menghembuskan nafas terakhirnya dan dimakamkan di Tanah Kusir.

Indonesia dan umat Islam benar-benar kehilangan guru dan cendekiawan serba bisa. Beberapa di antara karyanya adalah Rohani, Jasmani dan Kesehatan (1957), Keesaan Tuhan (1962), Menaklukan Dunia Islam (1968), Saqifah: Awal Perselisihan Umat (1983), Syiah Ditolak Syiah Dicari (2000), Berhaji Mengikuti Jalur Para Nabi (2000), Muhammad Sang Nabi (2005) dan lain-lain. Karya-karya beliau akan selalu dikenang oleh anak bangsa.

Sumber: Tabloid Jum’at (Dewan Masjid Indonesia) Edisi 817/9 Muharram 1429 H dengan perubahan redaksi dan tambahan cerita pribadi.


Discover more from islah

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

Tanggapan

  1. ranrose Avatar

    :( sedihnya kalo baca biografinya lagi..
    Mudah2an Ilmu dan baktinya dibalas dengan janji Allah SWT yang berkali2 lipat.
    btw, sempet ngobrol2 ya sama ami Omar Hashem?
    masih ada ga orang2 tua yang bisa diajak ngobrol seperti ami Omar…seperti membuka memori dengan kapastias besar dan sense of humour?

  2. kahar Avatar

    beberapa kali saya bertemu dengan beliau di jakarta dan makassar, bahkan beliau sempat memberikan saya sebuah buku karyanya yang sampai sekarang masih saya pergunakan…. sangat sulit menemukan orang tua seperti beliau sebagai seorang guru yang bijaksana.

  3. Abdullah Aljuffry Avatar

    Saya merasakan kehilangan dng orang yg begitu genius dalam hal sejarah Islam dan Kristolog (mski alm.dokter umum, alm hafal bahkan sampai halaman injil tentang ayatnya)..Alm saya kenal waktu brtugas sebagai Kep.UGD RSUD Lampung, hobbynya ngobrol sampai pagi, dan mengasyikan krn alm jg pandai joke/shoftah d/ tentang sahabat as sampai yg saat ini…Waktu haji bersama alm. jg dengan ustd.Labib, beliau menjelaskan tiap tempat yg kami kunjungi…Beberapa hr sblm masuk RS MMC akm menelpon sy ttg penyakitnya (yg memang sdh lama alm derita) juga dicampur joke tentang rokok,dokter dll…Sebelum wafat alm baru menyelesaikan buku tentang Aisyah ra, yg menurut penelitian alm.waktu menikah dng Rasul saww bukan berumur 9th (tapi sdh baligh/dewasa) krn banyaknya kecaman orang tentang pernikahan “syech” pemilik pesantren…Alm bilang masih da hutang ingin ke Karbala, menulis tentang tempat suci terbantainya Imam Husin as, tp Al Khalik sdh memanggilnya…”manusia tdk bisa lepas dari 2 hal yt mazhlum atau dzalim terhdap 3 hal yt suami/istri, anak dan pegawai/masyarakat (Imam Ali as), dan beliau memilih mazhlum (dizhalimi) terutama selesai bukunya tentang Saqifah Kehilangan alm tentu Allah akan beri penggantinya.insya Allah ..

    1. Ali Reza Avatar

      Kita semua menanti karya terakhir beliau tentang Ummulmukminin Aisyah. Semoga ada penulis produktif lainnya yg bisa menunaikan “utang” buku beliau tentang makam Karbala. Tentang buku Saqifah, beliau selalu berkata, “Saya tulis dari sumber kitab suni…” :) Semoga Allah meninggikan derajat beliau di surga. Amin.

  4. ressay Avatar

    Aku hanya kenal nama beliau saja melalui buku-bukunya. Belum pernah aku bertemu langsung.

  5. syahfekran Avatar

    subhanallah …..
    dimana say bisa mendapatkan buku-bukunya, “berdakwah di tengah kemiskinan” judul buku atau bukan?
    terima kasih buat blog ini.
    jazakallah khaoirol jaza’

    1. Ali Reza Avatar

      Buku-buku beliau yang lama memang agak sulit dicari. Sewaktu tahlil sempat dibicarakan untuk mengumpulkan dan mencetak ulang buku-buku beliau yang sudah lama. Tapi saya belum tau lagi gimana kelanjutannya.

      Buku beliau yang masih bisa dicari Muhammad Sang Nabi, Benarkah Aisyah Menikah Dini?, Syiah Ditolak Syiah Dicari (sudah ada e-booknya)… Berdakwah di Tengah Kemiskinan bukan judul buku.

  6. Tatok Avatar

    ini thread sudah uzur apa masih dibaca ya. saya pernah beli bukunya Bpk (alm) O. Hashem tahun 2007 kl tdk salah. kagum. kok pinter. pernah saya sms utk ketemuan. beliau menjawab silakan. namun krn faktor finansial saya tdk jadi berangkat ke Jkt waktu itu. krn biaya dari Magelang-Jakarta yg cukup butuh duit. dan beberapa bulan (atau tahun lupa) kemudian saya dengar kabar beliau meninggal. sungguh saya menyesal belum ketemu beliau. gara2 terlalu pelit. teladan yang sungguh baik. apalagi nama istrinya sama dengan istri tercinta Rasulullah SAW. sungguh serasi. semoga ada anak keturunannya yang melanjutkan jejak dakwahnya yang sangat intelektual. dan semoga beliau mendapat ampunan dan tempat yang mulia di-sisi-Nya. Amin amin YRA….

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.